TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA ARAB DALAM FILM ‘UMAR

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar dan mendeskripsikan fungsi tindak tutur direktifnya.

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyimak dan mencatat tuturan-tuturan direktif yang terdapat dalam film ‘Umar. Pada tahap analisis data digunakan pendekatan pragmatik dengan metode kontekstual. Kemudian penyajian hasil analisis data dilakukan dengan metode informal.

Hasil penelitian menunjukkan jenis tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar berjenis tindak tutur langsung dengan bentuk kalimat imperatif, tindak tutur tidak langsung dengan bentuk kalimat deklaratif dan kalimat interogatif, tindak tutur literal, dan tindak tutur tidak literal. Adapun fungsi tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar yaitu: memerintah, melarang, meminta, menasihati, mengajak, mengharapkan, memperingatkan, menantang, dan mempersilakan.

Kata Kunci: Tindak Tutur Direktif, Pragmatik, Bahasa Arab

 

 

PENDAHULUAN

Salah satu tindak tutur dalam studi pragmatik adalah tindak tutur direktif, yaitu tindak tutur yang diungkapkan oleh penuturnya agar lawan tutur melakukan sesuatu (Wijana, 2010). Tindak tutur ini memiliki berbagai keragaman pemakaian. Keberagaman pemakaian tindak tutur direktif tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor linguistik maupun nonlinguistik. Hal tersebut dikarenakan pola pemakaian bentuk direktif sendiri sudah beragam, yaitu berupa perintah, pernyataan, atau pertanyaan. Selain itu, tindak tutur direktif juga memiliki fungsi pemakaian yang beragam, yaitu memerintah, melarang, memohon, memberi saran, dan lain-lain.

Dalam hal ini, studi pragmatik penting dilakukan terhadap bahasa Arab.  Bahasa Arab merupakan bahasa yang telah banyak digunakan masyarakat Indonesia dan dipelajari dari tingkat menengah sampai perguruan tinggi. Oleh karenanya, dalam penelitian ini akan dikaji tindak tutur direktif bahasa Arab yang datanya diambil dari film ‘Umar, yaitu film berbahasa Arab yang menceritakan tentang Umar bin Khattab yang merupakan khalifah Islam kedua.

Film ‘Umar telah ditayangkan di Indonesia pada tahun 2012 di MNCTV. Film yang berupa serial sebanyak tiga puluh episode ini, menceritakan tentang Umar bin Khattab, tokoh penting dalam sejarah umat Islam yang kisah kehidupannya dapat dijadikan teladan. Film ini menginspirasi dan telah banyak ditonton oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, bahasa Arab yang digunakan dalam film ini adalah bahasa Arab resmi atau fuṣḥah yang telah dijadikan bahasa standar di berbagai Negara Arab dan dalam film ini juga banyak terdapat tindak tutur direktif sehingga cocok dijadikan sebagai data penelitian untuk mendapatkan gambaran mengenai tindak tutur direktif bahasa Arab.

Adapun pengambilan data yang diambil dari sebuah film berbahasa Arab sendiri dilatarbelakangi oleh penulis yang tidak tinggal di kawasan yang menggunakan bahasa Arab sehingga tidak dimungkinkan untuk meneliti tuturan direktif langsung dari penutur aslinya. Selain itu, data yang berupa tindak tutur direktif yang diamati dalam film ‘Umar tersebut merupakan sebuah peristiwa tutur yang nyata dengan penggunaan bahasa yang sesuai dengan bahasa masyarakat Arab sehari-hari walaupun tuturan-tuturan dalam film tersebut hasil merupakan skenario sutradaranya. Berkaitan dengan tindak tutur direktif Bahasa Arab dalam film ‘Umar tersebut, terdapat beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu:

  1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar.
  2. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar.

KAJIAN TEORI

Terdapat beberapa definisi yang diutarakan oleh para ahli mengenai istilah pragmatik. Levinson (1983)  menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi pemahaman bahasa.  Menurut Yule (2006), pragmatik merupakan studi yang mempelajari tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar. Sebagai akibatnya studi pragmatik lebih berhubungan mengenai maksud dari tuturan-tuturan yang disampaikan oleh seseorang daripada makna leksikal kata atau frase dari tuturan-tuturan tersebut.

Adapun salah satu pembahasan dalam studi pragmatik adalah tindak tutur. Dalam teori tindak tutur, Searle (dalam Wijana, 1996) menyatakan bahwa secara pragmatik setidaknya ada tiga jenis tindakan yang mungkin diwujudkan oleh seorang penutur dalam berbahasa, yaitu tindakan untuk mengatakan (locutionary act), tindakan untuk melakukan sesuatu (illocutionary act), dan tindakan yang mempengaruhi lawan bicara (perlocutionary act). Secara berturut-turut ketiga jenis tindakan itu disebut sebagai the act of saying something, the act of doing something, dan the act of affecting someone.

Berdasarkan teori tindak tutur, tindakan ilokusioner merupakan sentral kajian tindak tutur. Searle (1979) mengelompokkan jenis tindak tutur ilokusioner ke dalam lima jenis tindak tutur, yaitu: refresentatif/asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. Tindak tutur refresentatif adalah tindak tutur yang menyatakan keyakinan penutur benar atau tidak, seperti pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Kemudian tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan agar lawan tutur melakukan sesuatu yang dituturkan oleh penutur. Adapun tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Lalu tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang menghasilkan perubahan dalam waktu yang singkat hanya melalui tuturan.

Sehubungan dengan hal ini, tindak tutur yang dikaji dalam penelitian ini hanya tindak tutur direktif. Dalam hal ini, tindak tutur direktif memiliki maksud dan fungsi yang bermacam-macam. Pembagian tindak tutur direktif berdasarkan maksud dan fungsi pada penelitian ini, berlandaskan pada pembagian tindak tutur direktif menurut Searle (1979), Levinson (1983), Yule (2006), Wijana (2010), Rahardi (2005). Adapun yang termasuk ke dalam tuturan direktif adalah  memerintah (commanding), memesan (ordering), meminta (requesting), menasihati (advising), berdoa (praying), mengundang (inviting), mengizinkan (permit), membela (pleading), memohon (begging), merekomendasi (recommending),

Selain itu, Wijana (1996) menyatakan bahwa tindak tutur dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung, dan literal maupun tidak literal. Tindak tutur langsung ditandai dengan modus kalimat yang sesuai, misalnya kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu, kalimat deklaratif berfungsi untuk memberitahukan, dan kalimat imperatif berfungsi untuk menyuruh atau melarang. Sedangkan tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya, misalnya kalimat tanya digunakan untuk menyuruh, kalimat deklaratif digunakan untuk menawarkan, dan sebagainya. Adapun tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis, dan tahap penyajian hasil analisis. Pada tahap penyediaan data, film ‘Umar sebagai sumber data didapatkan dengan cara mengunduhnya di situs www.youtube.com. Setelah itu, tuturan-tuturan yang terdapat dalam film tersebut disimak. Kemudian pengumpulan data yang berupa tuturan yang mengandung tindak tutur direktif dilakukan dengan memperhatikan tuturan-tuturan yang terdapat pada film ‘Umar berdasarkan konteks pada saat tuturan tersebut dituturkan. Setelah itu, tuturan-tuturan tersebut dicatat dan diklasifikasikan kemudian diketik dengan memakai program microsoft word.

Tahap berikutnya adalah tahap analisis data. Dalam analisis data ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis kontekstual, yakni cara-cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada (Rahardi, 2005). Dalam hal ini, penafsiran tuturan selalu diawali dengan penyajian konteks. Konteks tuturan pada film ‘Umar tersebut adalah semua aspek di luar bahasa yang melatar belakangi tindak tutur direktif yang dituturkan pada film ‘Umar tersebut. Adapun penyajian analisis data menggunakan metode informal (Sudaryanto, 1993). Dengan metode ini, hasil penelitian dipaparkan secara deskriptif dengan kata-kata biasa tanpa lambang-lambang.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, tindak tutur direktif dalam film ‘Umar memiliki berbagai jenis dan fungsi. Berikut uraian mengenai jenis-dan fungsi-fungsi dari tindak tutur direktif tersebut.

  1. Jenis-jenis Tindak Tutur Bahasa Arab dalam Film ‘Umar

Berdasarkan data-data yang diperoleh, jenis-jenis tindak tutur Bahasa Arab dalam film ‘Umar dapat digolongkan kepada empat jenis, yakni tindak tutur direktif langsung, tindak tutur direktif tidak langsung, tindak tutur direktif literal, dan tindak tutur direktif tidak literal. Adapun data-data mengenai pembagian jenis tindak tutur direktif Bahasa Arab dalam film ‘Umar dapat dilihat pada tabel di bawah berikut.

No Jenis Tindak Tutur Tindak Tutur Direktif Bahasa Arab dalam Film ‘Umar
(1) Tindak Tutur Direktif Langsung اِرْجِعْ اَنْتَ يَا عَبْدَ الله!

Irji’           anta        yā      ‘abdallāh!

Kau pulanglah, Abdullah!

(Episode 28/14:21/Umar bin Khattab)

Konteks:tuturan Umar bin Khattab kepada Anaknya, Abdullah agar pulang ke Madinah. Ketika itu Umar bin Khattab dan Abdullah berada di perbatasan Kota Madinah sedang menunggu berita dari utusan pasukan muslim dari Persia.

(2) Tindak Tutur Direktif Tidak Langsung السَّلامُ عَلَيْكُمْ اَهْلَ هذا الْخِبَاء أدْخُلْ؟

Assalāmu ‘alaikum ahla           hāżā  l-khibā   ādkhul?

Assalamu’alaikum, wahai penghuni tenda, bolehkah saya masuk?

)Episode 24/05:26/Khalid bin Walid(

Konteks:tuturan Khalid bin Walid ketika akan menemui Abu Sufyan di dalam tendanya setelah pasukan muslim memperoleh kemenangan pada Perang Yarmuk melawan pasukan Romawi.

(3) Tindak Tutur Literal عُمَر صَلِّي بِالنَّاسِ!

 

‘umar ṣallī          binnās!

Umar, pimpinlah Shalat!

)Episode 17/27:03/Bilal(

Konteks: tuturan bilal kepada Umar bin Khattab. Pada saat itu Nabi Muhammad sedang dalam ke adaan sakit sehingga tidak ada yang mengimami shalat.

(4) Tindak Tutur Tidak Literal مَنْ أذِنَ لَكِ؟

Man  ażina              laki?

Siapa yang mengizinkanmu?

(Episode 13/20:12/Wahsyi)

Konteks: tuturan Wahsyi kepada Raihanah. Ketika itu Raihanah datang ke tempat Wahsyi dan ketika Raihanah melihat perhiasan milik Wahsyi pada sebuah wadah kemudian ia memakainya. Dalam hal ini, Wahsyi marah melihat perhiasan miliknya dipakai oleh Raihanah.

Bentuk kalimat pada tuturan (1) adalah kalimat imperatif. Hal ini ditandai dengan penggunaan verba perintah (fi’il amr) اِرْجِعْ “Irji’” ‘pulanglah’ sebagai predikatnya dan subjek kalimatnya adalah اَنْتَ “anta”. Kalimat imperatif pada tuturan (1) digunakan sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk memerintah sehingga tuturan tersebut termasuk ke dalam tindak tutur langsung. Adapun bentuk kalimat pada tuturan (2) merupakan kalimat interogatif. Hal ini ditandai dengan adanya kata tanya أ “a” ‘apakah’ sebelum verba أدْخُلْ “adkhul” aku masuk’. Pada umumnya kalimat interogatif digunakan untuk menanyakan suatu informasi kepada lawan tutur. Adapun kalimat interogatif pada tuturan (2) tersebut tidak sekadar digunakan untuk menanyakan suatu informasi kepada lawan tutur, tetapi kalimat interogatif tersebut digunakan untuk menyatakan permintaan kepada lawan tutur. Dalam hal ini, Khalid bin Walid dengan menuturkan tuturan pada tuturan (2) tersebut hendak bermaksud meminta kepada Abu Sufyan agar diizinkan memasuki kemahnya. Dengan demikian, tuturan pada tuturan (2) tersebut termasuk ke dalam tindak tutur tidak langsung. Hal ini dapat dilihat dari kalimat interogatif pada tuturan (2) tersebut, tidak hanya menanyakan suatu informasi kepada lawan tutur, tetapi juga menyatakan maksud permintaan kepada lawan tuturnya.

Tuturan (3) di atas merupakan tuturan Bilal kepada Umar bin Khattab. Tuturan bilal tersebut dituturkan kepada Umar bin Khattab dengan maksud meminta Umar untuk menjadi imam shalat karena Nabi Muhammad sedang sakit. Adapun bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat imperatif. Hal ini ditandai dengan adanya verba perintah (fi’il amar) صَلِّي “ṣallī “ ‘pimpinlah shalat’ sebagai predikatnya. Adapun kata عُمَر “‘umar” ‘Umar’ berfungsi sebagai subjek kalimat. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa maksud tuturan pada tuturan (3) sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Dengan demikian, tuturan pada tuturan (3) merupakan termasuk ke dalam tindak tutur literal.

Tuturan (4) merupakan tuturan Wahsyi kepada Raihanah. Tuturan tersebut ditujukan kepada Raihanah untuk melarang Raihanah memakai perhiasan yang telah diberikan Hindun kepada Wahsyi. Adapun bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat interogatif. Hal ini ditandai dengan adanya kata tanya مَنْ “man” ‘siapa’ pada awal kalimat. Kemudian apabila kita melihat makna kalimat “Man ażina laki?” ‘Siapa yang mengizinkanmu?’, dapat diketahui bahwa makna kalimat tersebut menunjukkan sebuah pertanyaan yang menanyakan tentang orang yang telah memberi izin kepada yang diberi pertanyaan tersebut. Sehubungan dengan hal ini, Wahsyi pada tuturan (4) tidak bermaksud untuk menanyakan siapa orang yang mengizinkan memakai perhiasan kepada Raihanah, tetapi Wahsyi bermaksud untuk melarang Raihanah memakai perhiasan miliknya. Dengan demikian, tuturan (4) termasuk ke dalam tuturan tidak literal karena makna kata-kata yang menyusunnya tidak sesuai dengan maksud yang ingin diutarakan.

  1. Fungsi Tindak Tutur Direktif Bahasa Arab dalam Film ‘Umar

Berdasarkan data-data yang diperoleh, tindak tutur direktif Bahasa Arab dalam film ‘Umar memiliki sembilan fungsi, yakni: memerintah, melarang, meminta, menasihati, mengajak, mengharapkan, memperingatkan, menantang, dan mempersilakan. Fungsi-fungsi tindak tutur direktif tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah berikut.

No Fungsi  Tindak Tutur Direktif Bahasa Arab dalam Film ‘Umar
(1) Memerintah إذْهَبُوا فَأنْتُمْ آمِنُوْنَ فِي الْأرْضِي.

Iżhabū                  fa       antum āminūna  fī l-arḍī

Kalian semua bisa pergi! Sekarang kalian aman di negeri saya.

(Episode 9/18:07/Raja Najasyi)

Konteks: tuturan Raja Najasyi kepada orang-orang muslim yang datang meminta izin tinggal di negerinya.

(2) Melarang لاتَبْرَحُوْا مَكَانَكُمْ! لاتَبْرَحُوْا مَكَانَكُمْ!

Lā tabraḥū                    makānakum!  Lā tabraḥū                   makānakum!

Jangan beranjak dari tempat kalian! Jangan beranjak dari tempat kalian!

)Episode 13/11:28/seorang prajurit muslim(

Konteks: tuturan seorang prajurit muslim ketika perang Uhud yang meminta rekan-rekannya yang termasuk ke dalam regu pemanah agar jangan meninggalkan tempatnya.

(3) Meminta وَ إِنَّي أسْألُكَ مِثْلَ الَّذِي سَأَلَ خالِد تَدْعُ لَنَا.

Wa innī                           as’aluka              miṡla

l-lażī saala      khālid  tad’u    lanā.

Aku berdoa dengan doa yang diucapkan Khalid. Doakan kami, wahai Rasulullah. )Episode16/08:27/Amr bin Ash(

Konteks:tuturan Amr bin Ash kepada Nabi Muhammad. Ketika itu Amr bin Ash baru saja menyatakan masuk Islam setelah Khalid bin Walid  terlebih dahulu menyatakan masuk Islam.

(4) Menasihati إصْبِرْ يا أبا بكر حَتَّى تَسْكُنَ الناس و تَحَبَ الرُّجُل ثُمَّ نَخْرُجُ بِك!

Iṣbir               yā        abā  bakrin  ḥattā  taskunu n-nāsa    wa   taḥabba  r –rajul ṡumma       naḥruju      bik!

Bersabarlah, Abu Bakar. Sampai keadaan tenang dan gerakan rakyat sudah mulai tenang. Kemudian kita ke sana.

(Episode 7/11:03/ Ummu Jameel binti Khattab)

Konteks: tuturan  Ummu Jameel binti Khattab kepada Abu Bakar agar menahan diri untuk tidak bertemu dengan Nabi Muhammad. Ketika itu, kaum Kuraisy sedang keras-kerasnya dalam melakukan perlawanan terhadap Nabi Muhammad dan para sahabatnya.

(5) Mengajak حَيّ قَصَّهَا إلَى رَسُولِ اللهِ فَإنكَ مُعَيِّدٌ يَا عُمَر.

ḥayyā   qaṣṣahā                ilā         rasūli l-lāhi  fainnaka                                 mu’ayyidun  yā      ‘umar.

Marilah kita memberitahukan hal ini kepada Rasul, karena engkau menguatkan perkara ini. )Episode 11/06:12/Abu Bakar(

Konteks: tuturan Abu Bakar kepada Umar yang mengajaknya agar menemui Nabi Muhammad. Ketika itu, Umar bin Khattab menceritakan bahwa ia bermimpi diajarkan lafadz adzan.

(6) Mengharapkan عَسَى اللهُ اَنْ يَجْمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ وَ اَنْ يَرْزَقَكُمَا ذُرِّيَّةً صَالِحَة.

‘asāllāhu         yajma’a        bainakumā  fī        khairin    wa   an        yarzakumā żurriyyatan ṣāliḥah.

Semoga Allah menyatukan kalian dalam kebaikan dan memberi karunia kalian keturunan yang sholeh. )Episode 26/08:09/Umar bin Khattab(

Konteks:tuturan Umar bin Khattab kepada Ashim dan calon istrinya ketika mereka akan menikah.

(7) Memperingatkan وَيْحَاكَ يَا أبَاصُفْيَان! وَ اللهِ لَقَدْ عَزَمَ رَسُول اللهِ عَلَى أمْرٍ لَا نَسْتَطِيْعُ أنْ نُكَلِّمَهُ فِيْه.

Waiḥāk              yā       abā ṣufyān!  Wallāhi        laqad     ‘ajama  rasūlullāhi ‘ala amrin    lā       nastaṭī’u  an      nukallimahu                         fīh.

Celaka engkau, Abu Sufyan! Kalau Rasulullah telah menetapkan sesuatu maka tidak ada yang bisa mengubahnya.

(Episode 16/18:17/Ali bin Abu Thalib)

(8) Menantang انَا ابْنُ الوَلِيد الْحَوْد اطْلُبُ الْمُبَارَزَةْ.

 

Anābnu l-walīdi  l-ḥaud   uṭlubu l-mubārazah!

Aku anak Walid, menginginkan duel denganmu. (Episode 20/28:16/Khalid bin Walid)

Konteks: tuturan Khalid bin Walid kepada pasukan Musailamah. Ketika itu pasukan muslim dengan pasukan Musailamah telah berhadap-hadapan akan memulai peperangan pada Perang Yamamah.

 

(9) Mempersilakan اُدْخُلْ يَا اَمِيْرَ الْمُئْمِنِيْن.

Udkhul     yā          amīra l-mu`minīn.

Silakan masuk, Amirul Mukminin.

(Episode 29/40:49/Ali bin Abu Thalib)

Konteks:tuturan Ali bin Abi Thalib kepada Umar bin Khattab. Ketika itu, Ali bin Abu Thalib mempersilakan Umar bin Khattab untuk masuk ke dalam rumahnya.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  1. Tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar memiliki berbagai jenis. Jenis-jenis tindak tutur direktif tersebut yaitu: tindak tutur langsung dengan bentuk kalimat imperatif, tindak tutur tidak langsung dengan bentuk kalimat deklaratif dan kalimat interogatif yang ditandai oleh kata tanya, tindak tutur literal, dan tindak tutur tidak literal.
  2. Tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar memiliki berbagai fungsi. Fungsi-fungsi tersebut yaitu untuk memerintah, melarang, meminta, menasihati, mengajak, mengharapkan, memperingatkan, menantang, dan mempersilakan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Levinson, Stephen. 1983. Pragmatics. London. Cambridge, Massachusetts: Blacwell Publishers.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Searle, J.R. 1979. Expression and Meaning Studies in the Theory of Speech Act. Cambridge: Cambridge University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana Press.

Wijana, I Dewa. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wijana, I Dewa. 2010. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wijana, I Dewa & Rohmadi, Muhammad. 2012. Sosiolinguistik Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Penerjemah Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *