Maksud dan Tujuan Tasybih
1. Menjelaskan kemungkinan terjadinya sesuatu hal pada musyabbah, yakni ketika sesuatu yang sangat aneh disandarkan kepada musyabbah, dan keanehan itu tidak lenyap sebelum dijelaskan keanehan serupa dalam kasus lain.
Contoh:
دَانٍ إِلَى أَيْدِي الْعُفَاةِ وَ شَاسِعٌ عَنْ كُلِّ نِدٍّ فِي النَّدَى وَضَرِيْبِ
كَالْبَدْرِ أَفْرَطَ فِي الْعُلُوِّ وَضَوْؤًهُ لِلْعُصْبَةِ السَّارِيْنَ جِدُّ قَرِيْبِ
“Ia dekat dengan orang-orang yang membutuhkannya, namun ia jauh dengan orang-orang yang setaraf dengannya dalam kebajikan da kemuliaannya. Bagaikan bulan yang sangat tinggi, namun cahayanya sangat dekat bagi orang-orang yang menempuh perjalanan di malam hari.”
2. Menjelaskan keadaan musyabbah, yakni bila musyabbah tidak dikenal sifatnya sebelum dijelaskan melalui tasybih yang menjelaskannya. Dengan demikian, tasybih itu memberikan pengertian yang sama dengan kata sifat.
Contoh:
كَأَنَّكَ شَمْسٌ وَ الْمُلُوْكَ كَوَاكِبٌ إِذَا طَلَعَتْ لَمْ يَبْدُوْ مِنْهُنَّ كَوْكَبُ
“Seakan-akan engkau adalah matahari, sedangkan raja-raja lain adalah bintang-bintangnya. Bila matahari telah terbit, maka tiada satu bintang pun tampak.”
3. Menjelaskan kadar keadaan musyabbah, yakni bila musyabbah sudah diketahui keadaannya secara global, lalu tasybih didatangkan untuk menjelaskan rincian keadaan itu.
Contoh:
مَا قُبِلَتْ عَيْنَاهُ إِلَّا ظُنَّتَا تَحْتَ الدُّجَى نَارَ الفَرِيْقِ حُلُوْلَا
“Kedua mata singa itu bila dalam kegelapan tidak ditangkap mata kita kecuali disangka sebagai api kelompok orang yang mendiami daerah itu.”
4. Menegaskan keadaan musyabbah, yakni bila sesuatu yang disandarkan kepada musyabbah itu membutuhkan penegasan dan penjelasan dengan contoh.
Contoh:
وَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِه لَا يَسْتَجِبُوْنَ لَهُمْ بِشَيْءٍ إِلَّا كَبَاسِطِ كّفَّيْهِ إِلَى الْماءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَ مَا هُوَ بِبَالِغِه
“Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatu bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya air itu sampai ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya (QS Ar-Ra’d:14).”
5. Memperindah atau memperburuk musyabbah.
Contoh:
مَدَدْتَ يَدَيْكَ نَحْوَهُمُ احْتِفَاءً كَمَدِّهِمَا إِلَيْهِمْ بِالْهِبَاتِ
“Uluran tanganmu kepada mereka dengan penuh penghormatan adalah seperti uluran tangan kepada mereka dengan beberapa pemberian.”
وَ تَفْتَحُ لَا كَانَتْ فَمًا لَوْ رَأيْتَهُ تَوَهَّمْتَهُ بَابًا مِنَ النَّارِ يُفْتَحُ
“Ia membuka mulutnya, sebaiknya ia tidak pernah lahir. Bila engkau melihat mulutnya itu, maka engkau akan menduganya sebagai satu pintu neraka yang terbuka.”
Daftar Pustaka
Al-Jarim, Ali dan Musthafa Amin. 2010. Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah. Bandung: Sinar baru Algensindo.
Basyuni, Abdul Fatah. 2015. Ilmu Bayaan Dirosatu Takhliiliyyah al-Masaail al-Bayan. Kairo: Muassasah Mukhtar.
Zaenuddin, Mamat dan Yayan Nurbayan. 2007. Pengantar Ilmu Balaghah. Bandung: Refika Aditama.